Rabu, 10 Desember 2008

Contoh Iklan Institusional Advertising 2

http://id.jobstreet.com/logos/agenalogos/suzuki_international_1.jpg

Raja Otomotif Kelas Menengah


Ketika baru diambil alih saat akan gulung tikar 30 tahun lalu, industri kendaraan bermotor ini hanya mampu memproduksi 30 ribu unit motor pertahun. Setelah melewati perjalanan yang panjang, kini produksi motor dapat mencapai 1 juta per tahun. Sedangkan untuk mobil yang dulu belum sama sekali tersentuh, kini malah dapat memproduksi 120 ribu unit per tahun.

Perjalanan panjang Suzuki di Indonesia seakan sudah begitu lekat dengan seorang profesional, Soebronto Laras. Pria yang saat ini menjabat Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki International ini seakan sudah menyatu sepanjang sejarah Suzuki di Indonesia. Maklum, posisi Presdir di produsen otomotif ini sudah dipegangnya cukup lama. Dengan panjang lebar, Soebronto menjelaskan bagaimana perjalanan dan kiprah Suzuki yang kini menguasai sekitar 20% pasarr otomotif di Indonesia.

Soebronto memang merupakan orang yang sangat penting dalam perjalanan Suzuki. Apalagi Suzuki memang telah dikenal di penjuru nusantara sebagai kendaraan komersial. Mereka menguasai pasar otomotif nomor 3 setelah Toyota dan Mitsubishi. Bukan hanya di kota-kota besar, tapi hampir disetiap pelosok negeri ini, Suzuki digunakan sebagai kendaraan operasional. Selain sebagai angkutan kota dan pedesaan, mobil merek Suzuki juga kerap dijadikan sebagai kendaraan pengangkut barang atau lebih dikenal dengan pick up.

Bersama Soebronto Laras, Suzuki yang dulunya hanya merupakan pabrik motor berskala kecil dengan luas lahan 3 ha, kini menjadi sebuah industri raksasa yang menempati lahan seluas 100 ha. Karyawannya yang dulu tak lebih dari 300 orang, kini telah bertambah menjadi 6000 orang.

Memimpin perusahan yang saat ini populer sebagai kendaraan untuk komersial, tentu bukan didapat dengan mudah. Soebronto bersama Suzuki telah melewati perjalanan panjang selama 30 tahun. Sebagai kendaraan yang selalu dipergunakan untuk operasional sehari-harinya, mesin Suzuki dikenal bandel dan irit dalam penggunaan bahan bakar minyak. Kala itu, mobil merek Suzuki menjadi primadona bagi para pengusaha karena keunggulannya.

Ini bermula dari diproduksinya mobil Suzuki ST 20 yang bermesin 2 tak. Mesin jenis ini sangat mudah dalam hal perawatannya. Sehingga dalam hitung-hitungan bisnis, pengusaha sangat diuntungkan. Kemudian, pada tahun 1982 berlanjut dengan memproduksi ST 100 bermesin 4 tak. Tak beda dengan pendahulunya, mesin ST 100 juga dikenal kuat dan bandel. Belakangan, mesin ini juga yang dipakai pada produk Suzuki Jimny dan Suzuki Karimun.

Mesin yang bandel dan kuat ini juga yang dipergunakan untuk mobil Suzuki Carry, produk keluaran Suzuki yang kebanyakan dijadikan sebagai angkutan umum. Segmen ini menjadi lahan potensial bagi Suzuki. Sehingga wajar jika di segmen ini, produk dari PT Indomobil ini menjadi penguasa.

Untuk mobil kelas menengah atas dengan harga berkisar antara Rp 150 juta hingga Rp 200 juta, sebenarnya produk Suzuki juga tak kalah jika dibanding pesaingnya. Produk mobil Baleno bahkan sempat menjadi sedan nomor wahid di kelasnya. Namun, berbagai kebijakan yang diambil pemerintah membuat Baleno tidak dapat lagi bersaing.

“Sebetulnya kita juga tidak ketinggalan di kelas atas. Kita sempat menjadi market leader ketika Baleno diluncurkan. Tetapi perkembangan terakhir ini kan berubah, ketika kita masuk ke era globalisasi dan liberalisasi. Ini membuat beberapa produk kita menjadi tidak kompetitif di kelas atas,” jelas Soebronto.

Menurut Soebronto, pada umumnya produk Suzuki yang harganya dibawah Rp 100 juta diproduksi dan dikerjakan di dalam negeri. Sementara jika harus berhadapan dengan sedan sejenis, Suzuki jelas kalah karena para pesaingnya melakukan impor mobil build up dari Thailand dengan bea masuknya cuma 5 %.

“Sedangkan kita bisa kena lebih dari itu. Kita kena bea masuk 25% untuk komponen-komponennya. Ketika sama-sama buat disini, kita bisa fight. Contoh lagi, seperti mobil Yaris atau Jazz, bea masuknya dari Thailand sebesar 5 %. Sementara kita untuk Swift sebesar 45 %. Ini berarti berbeda 40 %. Kalau di nilai dari rupiah bisa mencapai Rp 20 jutaan bedanya,” sambung Soebronto Laras.

Kondisi ini membuat Suzuki harus tetap fokus menggarap segmen dengan harga Rp 100 juta kebawah. Kendaraan komersial dan mobil keluarga seperti Carry, APV, Futura dan Karimun merupakan ‘lahan’ milik Suzuki yang sukar untuk ditanding oleh produk-produk lain. Sementara untuk kendaraan mewah seperti Baleno, Aero maupun Swift cuma sebesar 20 % saja dari total penjualan seluruh produk Suzuki.

Bahkan untuk kendaraan keluarga sejenis APV, produknya sudah dapat dijumpai di luar negeri. Tahun 2005 lalu, jenis APV telah diekspor sebanyak 10.000 unit. Untuk tahun 2006 mungkin akan lebih besar karena hingga pertengahan tahun saja order nya sudah mencapai 9000 unit. Kendaraan ini diproduksi berkisar 3000 hingga 3500 unit per bln. Sedangkan kapasitas produksinya sebesar 7000 unit per bulan.

Soebronto mengakui, produk Suzuki dalam satu tahun terakhir agak tersendat penjualannya. Hal ini tentu membuat stok produk yang ada di pabrik terus bertambah dan semakin menumpuk. “Hingga Agustus 2005, penjualan kita masih bagus. Sebelum krisis bisa terjual hingga 500 ribu unit. Tapi sekarang cuma 25 ribu unit. Bahkan bisa turun 23 ribu. Ini juga dialami oleh hampir seluruh produk kendaraan merek lain,” ungkap pria yang duduk di posisi top manajemen hampir di 70 perusahaan ini.

Ia menambahkan, tahun lalu pihaknya punya omzet Rp 2 triliun untuk mobil dan motor. Tapi sekarang jauh berbeda. Pihaknya malah kelebihan stok. Pada tahun 2005 lalu Indomobil memproduksi sebanyak 120 ribu unit kendaraan. Tapi dari jumlah tersebut hanya 95 ribu saja yang terjual.

Meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi pemicu utama melemahnya daya beli masyarakat. Disamping itu, dampak dari tingginya suku bunga membuat banyak masyarakat menunda untuk membeli mobil terutama bagi mereka yang menggunakan fasilitas kredit. Masyarakat akan lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan yang lebih mendesak dibanding membeli kendaraan.

Menjamurnya showroom yang menjual mobil dan motor seken sedikit banyak juga ikut mempengaruhi turunnya penjualan produk baru. Umumnya, kendaraan yang dijual di showroom tersebut diambil oleh pemiliknya dengan harga yang sangat miring dan dalam jumlah yang besar. Sehingga mobil dan motor tersebut dapat dijual kembali dengan dengan harga yang sangat murah. Jauh lebih murah jika dibanding yang baru.

Namun, bagi Suzuki yang dalam tiga tahun terakhir ini telah menginvestasikan dana segar sebesar Rp 3 triliun untuk perluasan pabrik dan kapasitas produksi, tetap menyikapi kondisi ini dengan hati-hati dan bijaksana. Suzuki yang merupakan kelompok industri dengan berbagai usaha harus memiliki rem yang pakem dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil tindakan.

“Dengan demikian kita bisa melihat perkembangan ekonomi ke depan. Seperti saat ini yang belum terlihat begitu baik pertumbuhannya. Kita tidak boleh salah dalam membuat proyeksi. Kalau salah maka habislah kita. Coba bayangkan, sebagai pengusaha mobil, harga pokok kita dengan harga jual bisa tersisa 1 % saja sudah bagus. Belum lagi beban bunga nya sudah 2 %,” kata Soebronto.

Strategi yang dilakukan oleh Suzuki saat ini adalah tetap memperkuat jaringan dan kerja sama dengan lembaga keuangan non bank seperti finance company. Selain itu dalam melakukan hubungan bisnis, pihak Suzuki selalu mengadakan pendekatan. Meski begitu, sampai saat ini memang belum kelihatan dampaknya karena lembaga non bank seperti finance company juga pinjam ke bank dengan bunga yang masih membumbung tinggi.

Disamping itu, Suzuki juga selalu menjaga hubungan baik dengan dealer. Memang pada umumnya dealer-dealer ini merupakan dealer setia Suzuki yang sudah sejak lama menjalin kerjasama. Hubungan diantara keduanya sudah terjalin sejak 30 tahun lalu. Mereka yang dulu hanya pengusaha kecil berubah menjadi pengusaha terkenal setelah membuka dealer Suzuki. Mereka yang dulu cuma bisa menjual 100 motor per bulan, sekarang malah bisa menjual 5000 motor per bulan.

Ditengah pertumbuhan ekonomi yang masih belum stabil, PT Indomobil Suzuki International tetap optimis untuk berkompetisi di pasar mobil yang saat ini masih lesu. Paling tidak, segmen mobil dengan harga kisaran Rp 100 juta kebawah yang selama ini menjadi primadona Suzuki akan terus dipertahankan. Karena bagaimanapun, di tempat asalnya negeri sakura Jepang, Suzuki merupakan penguasa untuk mobil-mobil segmen ini khususnya yang bermesin 1000 cc.

1 komentar:

  1. The History of the Baccarat - FaBCasino
    In 1868, French mathematician choegocasino Charles I devised 바카라 사이트 the concept of Baccarat, a popular card 메리트카지노 game devised in France.

    BalasHapus